Jumat, 16 Januari 2009

I love Palestina

Wahai saudaraku..........
ku tak bisa berjuang bersamamu........
melawan musuhmu.........
yang sangat biadab dan tak tau malu.........
ku hanya membantumu disini...........
di bumi pekerti ini.......
Definisi Jihad
Kata jihad apabila diambil dari kata juhdu berarti mengeluarkan seluruh potensi dan kemampuan dan apabila diambil dari kata jahdu berarti berlebihan dalam beramal. Jihad menurut para ulama Hanafi adalah seruan kepada agama yang haq (benar) serta memerangi orang-orang yang tidak mau menerimanya baik dengan harta maupun jiwa, sebagaimana firman Allah swt :
انْفِرُواْ خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُواْ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya : “Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. At Taubah : 41)
إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah : 111)
Para ulama selain Hanafi memberikan definisi mirip dengan definisi diatas, para ulama Syafi’i misalnya, mengatakan bahwa jihad adalah memerangi orang-orang kafir untuk memenangkan islam.”
Sedangkan definisi jihad menurut terminologi syari’ah adalah mengeluarkan seluruh potensi dan kemampuan dalam memerangi orang-orang kafir dan membela diri terhadap mereka dengan jiwa, harta dan lisan. (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz VIII hal 5847)
Banyak dalil—baik didalam Al Qur’an maupun Sunnah—yang menyebutkan tentang berbagai keutamaan dari jihad di jalan Allah swt, diantaranya :
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya : “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al Imron : 169 – 170)
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwasanya Nabi saw bersabda,”Demi yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, sesungguhnya aku ingin berperang di jalan Allah kemudian aku dibunuh kemudian aku berperang kemudian aku dibunuh kemudian aku berperang kemudian aku dibunuh.” (HR. Bukhori Muslim)
Palestina Bumi Jihad
Setengah bulan sudah berlalu, namun berbagai kebiadaban dan kesewenag-wenangan terus dilakukan oleh musuh Allah swt, Zionis Israel, terhadap kaum muslimin di Gaza, Palestina dengan korban meninggal (syahid) sudah hampir mendekati angka 900 jiwa.
Kota Gaza terus dikepung oleh tentara-tentara Zionis dan dibombardir dengan berbagai persenjataan berat baik dari darat maupun udara sepanjang siang dan malam. Pengepungan ini juga mengakibatkan penduduk Gaza medapatkan kesulitan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Mereka kesulitan mendapatkan air bersih, makanan, bahan bakar, obat-obatan atau alat penghangat.
Penderitaan kaum muslimin Gaza semakin berat dengan ditutupnya seluruh pintu masuk kota, baik yang ada dibawah kekuasaan Zinois maupun yang berada dibawah wewenang negara-negara Arab sekitarnya. Mereka bagaikan berada di sebuah penjara besar yang menanti eksekusi dari musuh-musuh Allah.
Saat ini Allah swt telah menjadikan bumi Gaza, Palestina sebagai bumi jihad kaum muslimin yang akan semakin disuburkan dengan darah para syuhada umat ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para leluhur dan pendahulu mereka.
Untuk itu wajib ain bagi setiap muslim di Gaza mempertahankan diri dan mengangkat izzah islam dan kaum muslim dengan berjihad di jalan Allah swt melawan para tentara Zionis bahkan para ulama fiqih mengatakan apabila musuh telah menguasai kota sepenuhnya maka kewajiban jihad juga dikenakan terhadap para wanita dan anak-anak walau tanpa terlebih dahulu meminta izin dari suami atau ayah mereka.
مَا كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُم مِّنَ الأَعْرَابِ أَن يَتَخَلَّفُواْ عَن رَّسُولِ اللّهِ وَلاَ يَرْغَبُواْ بِأَنفُسِهِمْ عَن نَّفْسِهِ
Artinya : “Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul,” (QS. At Taubah : 120)
انْفِرُواْ خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُواْ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya : “Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. At Taubah : 41)
Didalam menafsirkan ayat diatas, Imam Al Qurthubi mengatakan bahwa jihad menjadi fardhu ‘ain apabila musuh telah berhasil menguasai suatu daerah. Apabila keadaan seperti itu maka wajib bagi seluruh penduduk daerah itu untuk berangkat jihad dan keluar menghadapi mereka baik dengan perasaan ringan maupun berat, baik dia seorang pemuda, kakek-kakek, setiap orang yang memiliki kemampuan, seorang anak tanpa perlu izin dari ayahnya atau seorang anak yang memang tidak memiliki ayah lagi dan tidak boleh seorang pun yang memiliki kesanggupan berangkat kemudian \menghindar dari jihad.
Apabila para penduduk kota itu tidak memiliki kesanggupan untuk menghadapi musuh maka kewajiban itu dibebankan pula kepada orang-orang yang berada di daerah-daerah yang bertetangga dengannya untuk berangkat jihad membantu para penduduk kota yang sedang diserang itu sehingga mereka mengetahui bahwa ditengah-tengah mereka masih ada kekuatan yang siap membantu dan mempertahan diri mereka terhadap musuh.
Demikian pula bagi setiap orang yang mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang tak berdaya menghadapi musuh dan mengetahui bahwa dirinya memiliki kesanggupan mendatangi dan menolong mereka maka wajib atasnya untuk berangkat jihad, karena seluruh kaum muslimin adalah tangan bagi yang lainnya sehingga jika ada orang-orang di suatu daerah telah menegakan jihad untuk mengusir musuh yang menduduki daerah itu maka kewajiban ini gugur bagi orang-orang muslim yang lainnya. Seandainya musuh datang mendekati negeri islam dan belum sempat memasukinya maka wajib bagi penduduk negeri itu keluar mengusirnya untuk memenangkan agama Allah, menjaga generasi, melindungi daerah, menghinakan musuh dan tidak ada perbedaan dalam hal ini. (al Jami’i li Ahkamil Qur’an juz VIII hal 487)
Syeikh Yusuf al Qaradhawi dalam sebuah khutbah jum’at di Doha, awal januari lalu mengatakan bahwa umat islam wajib menghadapi para tentara Israel. Kewajiban pertama dibebankan kepada penduduk setempat yaitu orang-orang Palestina saat ini, kemudian orang-orang di sekitarnya kemudian orang-orang setelahnya sehingga kewajiban jihad ini akan mencakup seluruh dunia islam.
Beliau menambahkan,”Sesungguhnya orang-orang Palestina tidaklah memiliki kesanggupan untuk melawan orang-orang Israel dengan persenjataan nuklirnya dan kekuatan mereka yang didanai oleh Amerika. Mereka—orang-orang Palestina—adalah orang-orang lemah yang tidak mampu melawan persatuan mereka. Untuk itu umat islam harus berdiri bersama mereka dengan memberikan bantuan, baik tentara, persenjataan, harta hingga pemboikotan.”
Beliau mengatakan,’Sesungguhnya umat islam adalah umat yang saling senasib sepenanggungan dalam setiap keadaan, baik senang maupun susah, perang maupun damai. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak mengkhianati, tidak menghinakan dan tidak merendahkannya. Wajib bagi kaum muslimin untuk sebagian mereka mengokohkan sebagian yang lainnya seperti satu tubuh. Islam tidak membolehkan anda hidup dalam keadaan kenyang dan melupakan saudara-saudara anda.” Dia juga menambahkan,”Didalam fiqih Islam disebutkan apabila seorang wanita muslimah ditawan di sebelah timur maka wajib bagi orang-orang yang di sebelah barat utnuk membantu membebaskannya.” (www.eslaah.net)Suatu hal yang patut dibanggakan adalah munculnya solidaritas kaum muslimin dunia, termasuk di Indonesia, terhadap permasalahan yang sedang dihadapai saudara-saudara mereka di Gaza, Palestina. Mereka mengecam berbagai aksi biadab yang dilakukan para tentara Zionis dan pada saat yang sama mereka menunjukkan keprihatinan yang mendalam terhadap penderitaan kaum muslimin di Gaza.
Mereka menunjukkan bahwa islam tidaklah dibatasi oleh wilayah, warna kulit, suku bangsa atau bahasa karena islam adalah agama Allah yang mengikat seluruh umatnya dengan dua kalimat syahadat. Berbagai aksi mendukung perjuangan rakyat Palestina terus dilakukan mulai dari doa bersama, shalat ghaib, pengumpulan dana bantuan, pengiriman obat-obatan dan tim medis hingga para sukarelawan yang siap diberangkatkan untuk berjihad di bumi Palestina. Sebuah suasana yang harus senantiasa kita syukuri.
Dari Zaid bin Khalid bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda,”Barangsiapa yang mempersiapakan dirinya untuk berperang di jalan Allah maka sesungguhnya dia telah berperang.” (HR Bukhori Muslim)
Jadi apa yang telah dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dunia dengan berlatih untuk bisa diterjunkan ke medan jihad di Palestina adalah sudah dianggap sebagai bagian dari jihad di jalan Allah swt.
Hal lain yang dibutuhkan bagi setiap orang yang ingin bejihad dijalan Allah adalah meningkatkan rasa tawakal dan ridho dengan segala ketentuan Allah swt atas dirinya dan bahwa segala musibah yang diterimanya adalah atas kehendak-Nya yang tidak ada sesuatu pun bisa menghalanginya, termasuk didalamnya luka ataupun gugur di medan pertempuran.
Jadi pengisian ilmu kebal kepada orang-orang yang berjihad di jalan Allah tidaklah diperlukan bagi seseorang yang menginginkan syahid di jalan Allah karena hal itu selain tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya juga akan mengurangi rasa tawakalnya kepada Allah swt.
Sejarah pun membuktikan betapa Rasulullah saw pernah terluka hingga patah giginya pada saat peperangan Uhud, Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Mush’ab bin Umair syahid dalam perang tersebut, Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Thalib syahid dalam perang Mu’tah serta para sahabat lainnya banyak yang gugur ataupun terluka dalam berbagai peperangan.
Seorang muslim yang berjihad di jalan Allah merindukan untuk mati syahid karena ini merupakan impian yang dinanti-nanti selama ini dikarenakan besarnya karunia yang telah Allah sediakan didalamnya. Mereka akan meghilangkan segala sesuatu yang akan bisa menghambatnya untuk mendapatkan syahid di jalan Allah swt.
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
Artinya : “Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).” (QS. Al Ahzab : 23)
Kholid bin Walid mengatakan didalam suratnya yang ditujukan kepada pemimpin Parsia,”.. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia sungguh aku akan mengirimkan suatu kaum (pasukan) yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan.”
Semoga Allah swt segera mengirimkan bala bantuan-Nya kepada para mujahidin Palestina dan menghancur leburkan kekuatan Zionis, Israel. Amin
Wallahu A’lam

Jumat, 22 Agustus 2008

KEDUDUKAN TERTINGGI PARA PECINTA TUHAN

Beruntunglah para pencinta,
yang dalam sekarat pun mereka masih menghirup
nafas terakhir dengan aroma penyatuan (wihdah)
(Jami’, Para Sufi Agung, hal. 205)
Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang berakal (ulul al-bab) itu adalah orang-orang yang beramal dengan pemikiran yang darinya muncul kecintaan kepada Allah. Pabila seseorang sampai pada tingkatan ini maka Allah jadikan keinginannya (syahwatihi) dan kecintaannya (mahabbatihi) hanya kepada Sang Khaliq dan apabila ia telah berbuat demikian berarti ia telah sampai pada tingkatan yang tertinggi sehingga Allah memperindah kalbunya. Dia karuniai hikmah kepadanya bukan seperti yang telah Dia karuniakan kepada para arif bijaksana (al-hukama) dan Dia limpahkan ilmu kepadanya bukan seperti yang telah ia wariskan kepada para ulama , Dia karuniakan kepadanya kejujuran (al-shidq) bukan seperti yang telah ia berikan kepada para shidiiqiin (orang-orang yang jujur). Sesungguhnya para hukama itu mendapatkan hikmah dari sikap diam, dan sesungguhnya para ulama mendapatkan ilmu dari menuntutnya, dan sesungguhnya para shidiiqiin mendapatkan kejujurannya dari sikap khusyu’ dan banyak beribadah…” 205]
Rasulullah saww bersabda, “Allah telah berfirman : “Tidak ada sesuatu yang dilakukan oleh salah seorang di antara hamba-hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih Aku sukai ketimbang (melaksanakan) kewajiban-kewajiban yang telah Kutetapkan kepadanya. Dia (sang hamba) mendekatkan dirikepada-Ku dengan ibadah-ibadah nafilah (sunnah) sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintai-Nya, maka Aku menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya ia melihat dan menjadi tangannya yang dengannya ia memegang. Jika ia memohon kepada-Ku pasti Aku kabulkan dan seandainya ia meminta kepada-Ku, pasti Aku beri” 206]
Orang mu’min yang sempurna dan dekat dengan Allah SwT itu ada 2. Imam Khomeini qs mengatakan berkaitan dengan hadits di atas (Bihar al-Anwar 70 : 22), “Para ahli ma’rifat membagi kelompok ini menjadi 2 bagian : Pertama, orang-orang mu’min yang mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah fardhu, dan yang kedua adalah orang-orang mu’min yang mendekatkan diri kepada Allah dengan nawafil (amalan-amalan sunnah) 207]
Mu’min sempurna yang kedua yang disebutkan dalam hadits di atas telah mengalami fana’ (melebur) dalam nama (asma’), zat dan af’al, maka dia telah mencapai peleburan total, dan tampaklah kepadanya hal yang terang benderang, lalu di situ dia betul-betul menjadi (menyatu dengan) Allah Yang Maha Tinggi (al-Haqq Al-Muta’ali), dalam arti dia mendengar dengan ‘telinga’ Allah, melihat dengan ‘mata’ Allah, memegang dengan ‘tangan’ Allah, dan berbicara dengan ‘lidah’ Allah. Dia melihat Al-Haqq dan tidak melihat yang selain-Nya….Sesungguhnya kedekatan seorang hamba kepada Allah, merupakan hasil dari tarikan kerinduan ilahiah dan cintanya kepada al-Haqq.
Jika bukan karena tarikan dari arah Yang Dirindukan,
niscaya penempuh yang malang dan penuh rindu
tidak akan memperoleh keberuntungan. 208]
Taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah (nafilah), akan menghasilkan ke fana-an (peleburan) total dan penyatuan yang sempurna dengan Zat Yang Mutlak….
Sesudah ke-fana-an dan peleburan total, penyatuan dan siraman cahaya yang sempurna, yang kadang-kadang mencakup pula pertolongan azali (‘inayah azaliyah), lalu kesadarannya pulih kembali dan dia kembali ke dunianya dengan kehilangan cahayanya, seraya merasakan ketentraman dan kedamaian dan berhasil menyibakkan Keindahan (al-Jamaliyyah) dan Keagungan (al-Jalaliyyah), maka muncullah dalam cermin zat-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan di situ tersingkaplah penampakkan yang tetap dan terus melekat. 209]
“Jika Aku telah mencintai hamba-Ku, maka Aku akan menariknya ke tempat yang amat dekat dan Aku menempatkannya di alam kudus. Kujadikan pikirannya tenggelam dalam rahasia-rahasia malaku, dan inderanya teratas pada penampakkan cahaya-cahaya Jabarrut. Pada saat itu cinta melumuri darah dan dagingnya, sehingga dia gaib dari dirinya sendiri, dan apa yang selain itu lenyap dari pandangannya, sampai-sampai Aku menggantikan penglihatan dan pendengarannya.” 210]
Demikian pula halnya dengan kekuatan tubuh, yang bila digunakan untuk taat dan taqarrub kepada Allah, niscaya Allah akan menambahkan kekuatan ruhani…sebagaimana ditegaskan oleh Amirul Mu’minin as melalui ucapan beliau,”Tidaklah aku menjebol gerbang Khaibar dengan kekuatan jasmani, tetapi dengan kekuatan Rabbani!” 211]
Bagi para pencinta Tuhan, Dialah semata sumber
segala keriangan dan kedukaan.
Dialah semata objek sejati segala hasrat
setiap jenis cinta yang lain adalah kegilaan yang ganjil.
Cinta kepada Tuhan adalah nyala,
ketika memancar, membakar segalanya kecuali Tuhan.
Cinta kepada Tuhan adalah sebilah pedang
yang memangkas semua selain Tuhan.
Hanyalah Tuhan yang abadi
segala yang lain akan binasa.
(Rumi, Matsnawi V : 586-90)
Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Jumat, 25 Juli 2008

Do'a Dua Malaikat ketika subuh

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berinfaq. Anjuran yang bahkan pada bagian awal surah Al-Baqarah telah disebutkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aala menggambarkan salah satu karakter utama orang bertaqwa.
الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan meng-infaq-kan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS Al-Baqarah ayat 1-3)
Dalam ayat di atas Allah ta’aala menyebutkan karakter muttaqin yang biasa berinfaq bersama karakternya yang rajin menegakkan sholat. Di dalam Al-Qur’an hampir selalu karakter menegakkan sholat dan mengeluarkan infaq disebutkan dalam suatu rangkaian berpasangan. Hal ini mudah dimengerti sebab ajaran Islam selalu menekankan keseimbangan dalam segala sesuatu. Islam bukan semata ajaran yang mewujudkan hubungan antara hamba dengan rabbnya atau hablum minAllah, tetapi juga hubungan antara hamba dengan sesama hamba atau hablum minan-naas.
Uniknya lagi, di dalam ajaran Islam bila suatu perintah Allah ta’aala dilaksanakan, maka bukan saja hal itu menunjukkan kepatuhan seorang hamba akan rabbnya, melainkan dijamin bakal mendatangkan manfaat bagi si hamba. Ini yang disebut dengan fadhilah atau keutamaan suatu ’amal-perbuatan. Misalnya sholat malam atau tahajjud. Allah ta’aala menjanjikan bagi pelakunya bakal memperoleh kekuatan daya pengaruh ketika berbicara.
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (QS AlMuzzammil ayat 1-5)
Contoh lainnya bila seseorang meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’aala maka di antara fadhilah yang akan ia peroleh adalah penambahan ilmu dari Allah ta’aala, jalan keluar kesulitan hidupnya serta rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
”Dan bertakwalah kepada Allah; Allah (akan) mengajarmu.” (QS AlBaqarah ayat 282)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq ayat 2-3)
Demikian pula dengan berinfaq. Allah ta’aala menjanjikan fadhilah di balik kedermawanan seseorang yang rajin berinfaq.
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba’ ayat 39)
Bahkan dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan keuntungan yang bakal diraih seseorang yang rajin berinfaq di pagi hari sekaligus kerugian yang bakal dideritanya bilamana ia tidak peduli berinfaq di pagi hari.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا (البخاري)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhary 5/270)
Pembaca yang budiman, marilah kita galakkan berinfaq di pagi hari agar malaikat mendoakan kelapangan rizqi yang memang sangat kita perlukan untuk memperlancar ibadah, amal sholeh, da’wah dan jihad kita di dunia. Dan jangan biarkan ada satu pagipun yang berlalu tanpa berinfaq sebab itu sama saja kita mengundang kerusakan dalam hidup sebagaimana doa malaikat yang satunya di setiap pagi hari.
Ketahuilah, bukan banyaknya jumlah infaq yang penting melainkan kontinuitas-nya. Lebih baik berinfaq sedikit namun konstan terus-menerus daripada berinfaq dalam jumlah besar namun hanya sekali setahun atau seumur hidup. Orang yang konstan berinfaq tidak bakal dipengaruhi oleh musim. Dalam masa paceklik tetap berinfaq, dalam masa panen tentu lebih pasti.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali Imran ayat 133-134)
Apabila anda mempunyai saran atau kritik untuk rubrik atau artikel ini, silahkan kirimkan melalui email kepada penulis di ican_ipin@eramuslim.com

Selasa, 03 Juni 2008

IDENTITAS IBLIS

Nama : Iblis
Keturunan : Thaghut
Tingkatan : Penjahat terbesar
Jalan hidup : Berkelok dan patah
Tempat duduk : Pasar-pasar
Rambu ( tanda ) : Fatamorgana dan tipuan
Pakaian seragam : Semua warna, seperti bunglon. Setiap tempat dia mempunyai warna
Istri di dunia : Perempuan yang pamer aurat dan telanjang
Negeri : Hati-hati orang orang yang lalai
Tempat abadi : Neraka Jahannam, seburuk-buruk tempat kembali
Distrik : Tempat-tempat yang disebutkan nama Alloh SWT
Modal : Angan-angan
Musuh di perjalanan : Kaum Muslimin
Motto dalam tugas : Kemunafikan sebagai puncak moral
Orang yang dicintai : Orang-orang yang lalai dari mengingat Alloh SWT
Orang yang dibenci : Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Alloh SWT
Orang yang ditakuti : Orang-orang yang beriman dan bertaqwa
Yang mengggoyahkan :Kalimat Istighfar
Rumah : Toilet dan kamar mandi
Tulisan : Tato
Sifat : Tidak kesana dan tidak kemari, sesuai dengan kepentingannya
Awal kemunculan : Katika enggan bersujud kepada Adam As
Sahabat terdekat : Orang yang munafiq
Sumber rezeki : Harta yang haram
Ruang Operasional : Tempat untuk maksiat dan bernajis
Pelayanan : menyuruh dan manganjurkan yang mungkar
Perintah : Yang keji
Agama : Kafir
Masa pelayanan : Hingga hari kiamat
Arah perjalanan : Jalan menuju neraka
Untung dalam perniagaan : Sia-sia belaka
Rekan berpetualang : Setan-setan darikalangan jin dan manusia
Teman dalam tugas : Orang orang yang diam dari kebenaran
Jenis kendaraan : Kebohongan
Upah : Dosa
Alat komunikasi : Ghibah, adu domba, dan memaki-maki ( kesalahan ) orang lain
Makanan favorit : Daging orang mati ( ghibah )
Penopang : Sesungguhnya tipu daya syetan sangat lemah
Alat berburu : Kaum perempuan
Hobi : Menyesatkan dan manjerumuskan
Cita-cita : Semua orang menjadi kafir
Perbuatan yang disukai : Homo dan seksualPassword untuk pengikut : “AKU” sebagai kalimat orang-orang yang sombong

Minggu, 13 April 2008

EMPAT PERAMPOK


Perampok adalah seseorang yang mengambil hak orang lain dengan paksa.

Perampok yang mau tidak mau akan datang kepada kita :


  • Malaikat Izroil

  • Ahli Waris

  • Cacing-cacing/Belatung

  • Orang yang didzolimi



Kamis, 27 Maret 2008

KUNCI SUKSES SIARAN


RILEKS, santai, adalah kata kunci dalam sebuah siaran radio. Kamu tidak boleh gugup, grogi, ataupun tidak “pede” ketika siaran. Berikut ini tips kilat bagi kamu yang harus siaran di studio:
· Pastikan kamu benar-benar rileks dan merasa nyaman di studio.
· Jika kamu harus menempati “kursi panas” (hot seat), yakni harus langsung tampil setelah penyiar lain, hadirlah di studio sekurang-kurangnya 15 menit sebelum kamu mengudara. Prepare lah….
· Duduklah senyaman mungkin di kursi, berusaha rileks, cari posisi duduk yang terasa nyaman banget buat kamu.
· Duduk tegak, jangan membungkuk! Ini penting banget karena cara duduk akan berpengaruh pada kualitas suara kamu. Jika kamu duduk membungkuk, hingga perut atau “diafragma” kamu tertekan, suara emasny ‘gak kan keluar tuh! Usahain dech janga pake celana ato sabuk yang superketat. Bebaskan perutmu dari tekanan!
· Pastikan semua peralatan menyala dan berfungsi, seperti mike, mixer, komputer, line telepon, de el el. Jika kamu ambil-alih kursis siaran dari penyiar lain, kamu biasanya nyangka bahwa semuanya OK –kecuali jika penyiar sebelum kamu itu iseng banget, ‘gak ngasih tau kalo ada kerusakan alat apa gitu. Jahat banget doi kalo gitu ya… (Pernah lho ada penyiar yang siaran, cuap-cuap dengan segala kecentilannya selama dua jam, pas udahan, eh… ternyata pemancarnya off ! Operator yang biasa nemeninnya tidur seeh…).
· Pastikan kamu memiliki headphone.

TIGA GOLONGAN MANUSIA


Imam Gazali membagi manusia kepada tiga derajat atau golongan, dilihat dari sudut sikap jiwa mereka menghadapi hidup dan kehidupan di dunia ini




  • Orang-orang yang celaka ( Al-Halikun )

  • Orang-orang yang beruntung ( Al-Faizun )

  • Orang-orang yanghemat cermat (Al-Muqtashidun )

Golongan yang pertama inisenantiasa sibuk dan menyibukkan diri terhadap kenikmatan hidup duniawi, dan melupakan persiapan-persiapan untuk kehidupan akhirat kelak.


Dunia laksana lautan madu Yang kelezatannya selalu dicicipi Meskipun sadar bahwa, kenikmatan dunia ialah sementara dan fana Akan tetapi banyak yang tertambat hatinya


Golomgan yang kedua yaitu orang-orang yang beruntung atau yang dapat kemenangan, Al Faizun menurut istilah Al Quran ialah memperoleh kebaikan dengan hasil yang mengandung keselamatan. Dan dalam Al-Quran lafadz tersebut melukiskan personifikasi orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dan keberuntungan di dunia maupun ( terutama ) di akherat kelak. Seperti disebutkan pada Al-Quran Surat At-Taubah : 20.


Selain itu menurut penggolongannya Imam Gazali, Al Faizun itu ialah orang-orang yang lebih sibuk dan menitik beratkan amal, persiapan-persiapannya untuk kepentingan hidup di akherat kelak.


Adapun golongan tersebut adalah orang-orang yang hemat cermat, yang tidak menyia-nyiakan persiapan-persiapan (bekal) untuk kehidupan akherat, tapi juga memanfaatkan seperlunya tentang kehidupan duniawi ini. Menurut formulasi Imam Gazali, Al Muqtashidun adalah orang-orang yang sibuk memanfaatkan kenikmatan dunia ini untuk kepentingan hidup yang akan datang.


Menurut Al-Quran Surat Al-Qoshosh : 77 kita harus memelihara sikap yang seimbang (evenwich) antara kepentinga hidup ukhrowi dengan duniawi. Menjaga keseimbangan ini termasuk salah satu seni hidup yang mendapat bimbingan hidayah dan taufik Ilahi.